Tarif Impor Mobil Listrik China ke UE Jika Genderang Perang Ditabuh

by -43 Views

Komisi Eropa pada Selasa (20/8/2024) mengumumkan rencananya untuk memberlakukan tarif impor selama 5 tahun hingga 36% pada mobil listrik (EV) dari China, kecuali jika Beijing bisa menawarkan solusi alternatif terkait subsidi negara yang merugikan perdagangan. Mobil Tesla yang diproduksi di China akan dikenakan tarif lebih rendah, yaitu 9%.

Bulan lalu, Brussels telah menerapkan tarif sementara yang tinggi pada EV China, ditambahkan dengan bea saat ini sebesar 10%, setelah hasil penyelidikan antisubsidi menunjukkan adanya ketidakadilan yang merugikan pesaing Eropa.

Komisi Eropa telah merilis draft untuk menjadikan tarif tersebut sebagai final, dengan syarat masukan dari pihak yang berkepentingan sebelum akhir Agustus, dan persetujuan oleh negara-negara anggota UE paling lambat akhir Oktober. Tarif final untuk produsen utama China akan bervariasi, seperti 17% untuk BYD, 19,3% untuk Geely, dan 36,3% untuk SAIC. Produsen lain yang bekerja sama dengan Brussels akan dikenakan tarif 21,3%, sedangkan yang tidak bekerja sama akan dikenakan bea maksimum 36,3%. Tesla, yang sudah memproduksi di China, memiliki tarif tersendiri sebesar 9%.

China telah menentang keras tarif UE ini dan mengajukan banding ke WTO. UE meyakini langkah-langkahnya sesuai dengan aturan WTO dan terbuka untuk mencari solusi alternatif yang sesuai dengan aturan tersebut. Komisi juga menyatakan bahwa mereka tidak bisa mengumpulkan dana dari tarif sementara yang telah diberlakukan sejak 5 Juli.

Antara China dan UE seringkali terjadi konflik terkait perdagangan, teknologi, dan keamanan nasional. Brussels harus hati-hati dalam melindungi industri otomotif Eropa, sambil tetap memperhatikan pertumbuhan hijau dan menghindari konfrontasi dengan Beijing. China menjadi kekuatan EV berkat strategi industri yang mendukung dengan investasi dana negara ke perusahaan domestik dan riset pengembangan. Pendekatan ini memberikan keunggulan bagi perusahaan China dalam menyediakan EV yang lebih murah dan efisien dibandingkan dengan produsen Eropa.

Referensi: CNBC Indonesia