PM Israel Benjamin Netanyahu Mendadak Berada di Rumah Sakit, Diduga Kena Hernia

by -127 Views
PM Israel Benjamin Netanyahu Mendadak Berada di Rumah Sakit, Diduga Kena Hernia

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Masuk Rumah Sakit

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah masuk rumah sakit. Ia dilaporkan akan menjalani operasi hernia. Kantornya mengonfirmasi hal ini dan menyatakan bahwa Netanyahu akan menjalani operasi dengan total bius, yang dilakukan pada hari Minggu dan dilaporkan Senin (1/4/2024). Operasi ini dilakukan saat Israel masih melancarkan serangan ke Gaza, Palestina.

“Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kehakiman Yariv Levin akan menjabat sebagai perdana menteri selama operasi pria berusia 74 tahun itu,” kata kantornya seperti dilansir AFP.

“Dokter menemukan hernia tersebut pada hari Sabtu saat pemeriksaan rutin, dan setelah berkonsultasi, keputusan dibuat untuk perdana menteri untuk menjalani operasi setelah menyelesaikan jadwal hariannya,” tambah kantornya.

Ini bukan kali pertama Netanyahu masuk rumah sakit. Pada Juli 2023, dokter memasang alat pacu jantung di tubuhnya karena alasan medis.

Netanyahu sebelumnya mendapatkan kecaman dari dunia internasional karena perangnya di Gaza melawan Hamaz. Sebagian orang menganggap pemerintahannya melakukan genosida karena terus membombardir Gaza tanpa ampun, hingga menewaskan banyak warga sipil.

Menurut Al-Jazeera, jumlah warga yang tewas di Gaza sejak serangan Israel pada bulan Oktober mencapai 32.782 jiwa. Dalam satu malam saja, setidaknya 77 orang tewas oleh serangan Israel. Sementara itu, jumlah warga yang terluka telah mencapai 75.298 orang, di mana dalam 24 jam terakhir, serangan dari pasukan pendudukan Israel melukai 108 orang.

Media Qatar menulis bahwa Israel melakukan pembantaian baru dengan mengebom tenda-tenda jurnalis dan mengakibatkan orang-orang menjadi pengungsi di dalam tembok Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs.

Di sisi lain, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunjuk Mohammed Mustafa sebagai perdana menteri baru di tengah tekanan dari AS untuk mereformasi otoritas. Mustafa menggantikan Mohammed Shtayyeh, yang mengundurkan diri pada bulan Februari.

Kondisi ini terjadi di tengah penolakan Israel terhadap gencatan senjata, meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB telah disahkan. Resolusi tersebut menuntut agar agresi Israel berakhir selama bulan suci Ramadan.