Pipa gas Nord Stream, yang mengangkut gas alam dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik, diduga telah diledakkan oleh tim sabotase kecil Ukraina dalam sebuah operasi yang awalnya disetujui oleh Presiden Volodymyr Zelensky namun kemudian dibatalkan. Menurut laporan dari Wall Street Journal (WSJ), meskipun rencana itu dibatalkan, namun operasi tersebut tetap dilanjutkan.
Pipa gas Nord Stream terdiri dari Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, mengalami kerusakan akibat ledakan pada bulan September 2022, tujuh bulan setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina. Insiden ini menyebabkan berhentinya aliran gas dan memperburuk krisis energi di Eropa.
Awalnya, banyak pihak mengira Rusia bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun, muncul dugaan bahwa CIA mungkin terlibat. Laporan dari The New York Times menyebutkan bahwa pejabat AS telah melihat intelijen yang menunjukkan bahwa “kelompok pro-Ukraina” yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Operasi sabotase ini melibatkan sebuah kapal layar kecil dan tim yang terdiri dari enam orang, gabungan antara tentara Ukraina dan warga sipil yang memiliki keahlian terkait. Operasi ini didanai secara pribadi namun diarahkan oleh seorang jenderal militer yang masih aktif, yang melapor kepada komandan tertinggi Ukraina saat itu, Valerii Zaluzhnyi.
Meskipun Presiden Zelensky mundur setelah CIA mengetahui rencana tersebut dan meminta penarikannya, Zaluzhnyi tetap melanjutkan misi tersebut. Zaluzhnyi mengaku tidak mengetahui operasi tersebut dan menyebut tuduhan itu sebagai “sekadar provokasi”.
Ukraina selalu membantah terlibat dalam ledakan tersebut dan menuduh Rusia sebagai pelakunya. Polisi dan jaksa Jerman terus melakukan penyelidikan yang mengarah ke pejabat militer senior Ukraina yang diduga terlibat dalam sabotase pipa gas Nord Stream.
Jerman telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk seorang tersangka bernama Volodymyr Z, seorang instruktur selam Ukraina yang diduga sebagai anggota tim yang menanam alat peledak di jalur pipa gas. Surat perintah tersebut diterima oleh kantor kejaksaan Polandia dan pihak berwenang gagal mencegah tersangka meninggalkan negara.
Investigasi Jerman juga mengidentifikasi seorang pria dan seorang wanita lain yang merupakan instruktur selam Ukraina, namun belum ada surat perintah penangkapan untuk keduanya.