Perang antara Rusia dan Ukraina kembali memanas meskipun Amerika Serikat mengumumkan kesepakatan gencatan senjata terkait serangan terhadap infrastruktur energi dan serangan di Laut Hitam. Kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan tersebut. AS telah mengumumkan adanya kesepakatan terpisah dengan Rusia dan Ukraina untuk menghentikan serangan di Laut Hitam dan terhadap fasilitas energi satu sama lain. Namun, pernyataan yang dikeluarkan oleh Moskow dan Kyiv menunjukkan bahwa kedua negara masih memiliki perbedaan tajam dalam memahami kesepakatan ini. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa pihak AS telah memberi tahu Kyiv bahwa kesepakatan ini berlaku segera setelah diumumkan. Namun, Kremlin menegaskan bahwa kesepakatan tersebut baru akan berlaku jika bank milik negara Rusia yang terkena sanksi diizinkan kembali terhubung dengan sistem pembayaran internasional. Uni Eropa dengan cepat menolak syarat tersebut, menyatakan bahwa pencabutan sanksi tidak akan terjadi…
Saling tuduh antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut, dengan Kremlin mengklaim berhenti melakukan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina sementara Ukraina membantah klaim tersebut. Serangan drone dan tuduhan terhadap serangan fasilitas energi terus terjadi di kedua belah pihak, menyebabkan ketegangan semakin meningkat di kawasan tersebut. Reaksi Uni Eropa dan NATO menegaskan bahwa gencatan senjata hanya mungkin terjadi jika Rusia mengakhiri agresinya dan menarik pasukannya. Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte bahkan menyatakan bahwa hubungan antara Barat dan Rusia akan membutuhkan waktu lama untuk pulih meskipun perang Ukraina berakhir. Masa depan gencatan senjata tetap tidak pasti mengingat saling tuduh terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina, serta Uni Eropa menolak tuntutan Kremlin. Kedua belah pihak masih harus menyelesaikan perbedaan mereka untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.