Menteri ESDM Berencana Melakukan Evaluasi Smelter Vale, Apa Alasannya?

by -100 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akan mengevaluasi kembali pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri. Salah satunya, milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menggunakan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).

“Pasti (dievaluasi), tapi bukan berarti stop program hilirisasinya tapi dia (Vale) harus masuk ke segmen di mana produknya masih bertumbuh marketnya,” kata dia saat ditemui di Kantor Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Adapun RKEF sendiri menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa Nickel Pig Iron (NPI). Sementara, produk NPI di dalam negeri jumlahnya saat ini telah membludak.

Menurut Arifin, kondisi tersebut lantas berdampak pada harga jual nikel global yang melemah karena membanjirnya produk nikel asal RI. Oleh sebab itu, ia berharap agar pembangunan proyek smelter baru dengan teknologi RKEF dapat ditinjau kembali.

“Ini sudah oversupply, ini menyebabkan harganya sudah itu, kita dorong industri bisa masuk ke hilir lebih lanjut misalnya nickel matte, jadi nanti jadi prekursor jadi komponen baterai dan kita harus evaluasi lagi terkait dengan izin-izin baru,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan sejumlah perusahaan smelter bakal mengurangi ekspansi mereka, terutama untuk pembangunan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk NPI.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menjelaskan, keputusan tersebut diambil menyusul melemahnya harga produk NPI di pasaran.

“Jadi artinya pasar ini akan membuat mereka mengurangi ekspansi untuk NPI,” kata Seto dalam Program Closing Bell CNBC Indonesia, dikutip Rabu (27/09/2023).

Berbeda dengan produk NPI, Seto menyebut saat ini perusahaan smelter justru akan fokus menggenjot smelter nikel dengan teknologi hidrometalurgi atau dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Jadi memang masih ada ekspansi besar untuk HPAL. Tapi menggunakan bijih nikel kadar rendah limonit, dulunya dibuang sekarang berharga. Dari sisi pemerintah kita ingin menjaga agar jangan sampai terjadi oversupply, kalau oversupply harga jatuh berarti nikel Indonesia akan dihargai murah,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

(wia)