Topik penggunaan baterai berbasis Nickel-Mangan-Cobalt (NMC) dan baterai berbasis Lithium Ferro Phosphate (LFP) oleh Tesla menjadi perbincangan hangat. Terutama setelah debat Cawapres yang digelar KPU pada Minggu (22/1/2024).
Semula, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, Gibran Rakabuming Raka menuduh co-captain AMIN Thomas Lembong, melakukan kebohongan publik, karena menyatakan Tesla sudah tidak lagi menggunakan nikel dan beralih menggunakan LFP. Padahal, menurut Gibran Tesla masih menggunakan komponen nikel.
Pernyataan Gibran tersebut juga diamini oleh beberapa pembantu Jokowi. Diantaranya seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan juga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Terlepas dari kontroversi di atas, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah memberikan penjelasan mengenai perbedaan LFP dan NMC sebagai komponen baterai mobil listrik.
Agus menjelaskan ketersediaan dari suatu produk menjadi penentu harga dari produk itu sendiri. Sementara di dunia saat ini, ketersediaan NMC lebih sedikit dibandingkan dengan LFP. Karena itu, harga NMC lebih otomatis lebih mahal dibandingkan baterai berbasis LFP.
Namun, dari sisi kualitas, menurut Agus baterai berbasis LFP mempunyai kandungan kepadatan energi (energy density) yang lebih rendah daripada baterai berbasis NMC. Agus mencontohkan, apabila baterai berbasis NMC mempunyai kapasitas penyimpanan skala 10, maka untuk LFP hanya 5.
Artinya apabila kepadatan energi dari LFP ingin menyamai NMC, maka kapasitas baterainya harus diperbesar. Sehingga untuk mobil-mobil premium, penggunaan baterai berbasis LFP dinilai kurang cocok.
“Kalau kamu pakai mobil mahal habis beratnya dengan baterai, ya gak cocok. Jadi kalau barang mahal pakai baterai mahal yang enteng jarak masih jauh jadi LFP akan bagus untuk kendaraan yang truk atau bus. Karena dia gak tergantung berat,” kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (26/1/2024).
Meski begitu, baterai yang berbasis LFP dinilai mempunyai umur yang lebih panjang dibandingkan dengan NMC. Hal tersebut dapat terlihat dari panas yang dihasilkan dari baterai jenis LFP itu sendiri.
“LFP itu panasnya lebih kecil. Karena dayanya rendah. Kalau panas lebih tinggi umurnya jadi pendek tapi semuanya lagi dicoba supaya umur lebih panjang, jarak tempuh panjang itu yang jadi tantangan teknologi,” kata dia.