“Dukungan Industri Terhadap Pembangunan Pelabuhan Patimban”

by -55 Views

Pelabuhan Patimban di Subang masih belum beroperasi sepenuhnya untuk kapal kontainer dikarenakan belum adanya crane bongkar muat kontainer dan jaraknya yang cukup jauh dari kawasan industri. Situasi ini membuat para pelaku industri enggan beralih dari Pelabuhan Tanjung Priuk ke Pelabuhan Patimban. Pengamat Transportasi, Bambang Haryo Soekartono (BHS), mengkritisi kondisi Pelabuhan Patimban yang belum dapat menerima kapal logistik pengangkut kontainer. Padahal, targetnya pada tahun 2023, Pelabuhan Patimban seharusnya sudah mampu menampung 3,5 juta teus per tahun.

Bambang Haryo menyoroti masalah ketiadaan crane di Pelabuhan Patimban meskipun telah menghabiskan dana pembangunan sekitar Rp43,22 triliun. Sebagai perbandingan, Pelabuhan Kuala Tanjung Medan dan Pelabuhan Makassar New Port mampu beroperasi dengan baik dengan fasilitas crane yang memadai meskipun biaya pembangunannya jauh lebih rendah. Dibandingkan dengan Pelabuhan Patimban yang memiliki dermaga hanya 840 meter, untuk menampung muatan 7,5 juta teus per tahun seharusnya membutuhkan dermaga sepanjang 4 kilometer.

Selain itu, jarak antara kawasan industri dengan Pelabuhan Patimban juga menjadi hambatan. Kawasan Industri Subang Smartpolitan berjarak sekitar 50 kilometer dari Pelabuhan Patimban dan Pelabuhan Internasional Kertajati. Hal ini tidak sesuai dengan konsep integrasi antara kawasan industri dan pelabuhan yang seharusnya terletak dalam radius 5-10 kilometer untuk mengurangi biaya logistik. Bambang Haryo menekankan perlunya pemerintah memperhatikan kajian pembangunan kawasan industri dan jalur transportasi untuk memastikan pertumbuhan ekonomi nasional tercapai dengan optimal.