Toyota Mengungkap Penyebab Lesunya Penjualan Mobil di Indonesia pada Bulan Januari-Februari

by -126 Views

Sepanjang Januari-Februari 2024, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil nasional secara wholesales (pabrik ke diler) anjlok 22,6% secara tahunan. Dari 181.329 unit menjadi 140.273 unit.
Meskipun, secara bulanan, penjualan wholesales mobil nasional naik hampir 1,5% menjadi 70.656 unit pada Februari 2024, dibandingkan bulan Januari 2024 yang sebanyak 69.617 unit.
Namun, jika dilihat rinci ke penjualan secara ritel (diler ke konsumen), penjualan mobil nasional bulan Februari 2024 anjlok sekitar 10,2% dibanding Januari 2024. Dari 78.358 unit menjadi 70.291 unit.
Lalu apa penyebab belum moncernya penjualan mobil nasional pada 2 bulan pertama tahun 2024 ini?
“Kami lihat dari awal tahun lalu, efek dari persiapan pemilu. Itu terjadi bukan hanya kali ini. Dari dulu, Pemilu juga berdampak pada penurunan,” kata Direktur Marketing Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy, dalam acara buka puasa bersama dikutip Kamis (21/03/2024).
Namun, penurunan penjualan Toyota tidak sebesar koreksi yang dialami pasar secara keseluruhan. Turun dari Januari 2024 yang mencapai 20.988 unit.
Pengiriman mobil Toyota dari dealer ke konsumen pada Januari 2024 mencapai 24.686 unit sedangkan di bulan lalu turun menjadi 22.142 unit.
“Kita beruntung karena Toyota tahun ini, meskipun turun tetapi penurunannya tidak sebesar market. Kita turun sekitar 7 persen,” kata Anton.
Setelah pemilu berlangsung, penjualan mobil langsung naik. Salah satu pemicunya adalah pameran mobil Indonesia International Motor Show (IIMS) yang berlangsung satu pekan lebih.
“Saya lihat, dari sisi Toyota, 1-15 Maret 2024, market sudah mulai meningkat permintaannya. Sejak H+1 Pemilu ada peningkatan, kelihatan di IIMS. Pasti karena ada efek lebaran, momentum peningkatan dari IIMS,” kata Anton.
Ketika pemilu usai, dunia usaha menghadapi tantangan lain, khususnya dalam menghadapi pengetatan kredit dari lembaga penyaluran atau perbankan.
“Cuma yang kita concern adalah penurunan dari ekonomi, salah satunya dari kredit. Apakah terus apa tidak, nggak tau. Kredit juga sekarang lebih selektif, informasi dari teman-teman kredit, NPL ada peningkatan. Ini impact terhadap market juga,” ujar Anton.

(Artikel ini telah tayang di situs detik.com)