Dalam era kemajuan teknologi digital, kejahatan siber semakin berkembang pesat, salah satunya adalah doxing. Meskipun mungkin masih asing bagi sebagian orang, praktik doxing memiliki dampak serius terhadap korban, baik secara emosional, sosial, maupun finansial. Doxing adalah tindakan mengungkap dan menyebarkan informasi pribadi seseorang secara publik tanpa izin. Informasi yang disebar bisa mencakup nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon, data pekerjaan, hingga detail keuangan, dengan tujuan yang bermacam-macam mulai dari intimidasi, pelecehan, hingga ancaman.
Praktik doxing umumnya dilakukan melalui media sosial, forum online, atau situs web, namun juga bisa terjadi di dunia nyata melalui surat atau arahan langsung. Ada beberapa motif di balik doxing, seperti balas dendam, intimidasi, aktivisme, atau sekadar mencari hiburan dan perhatian di dunia maya. Meski belum diatur secara khusus sebagai tindak pidana, doxing dianggap serius karena dapat membuka peluang kejahatan digital dan ancaman langsung.
Secara umum, jenis doxing terbagi menjadi deanonimisasi, penargetan, dan delegitimasi, yang semuanya memiliki dampak negatif pada korban. Para ahli menyarankan lima langkah pencegahan untuk melindungi diri dari doxing, seperti membatasi informasi pribadi, mengatur privasi akun, menggunakan VPN saat online, serta tidak membagikan informasi sensitif.
Doxing dapat menyebabkan variasi kerugian besar bagi korban, seperti gangguan privasi, ancaman keselamatan, kerusakan reputasi, tekanan mental, dan kerugian finansial. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya privasi online sangat diperlukan untuk melindungi diri dari kejahatan siber seperti doxing. Dalam menghadapi ancaman ini, masyarakat diimbau agar lebih berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi dan menjaga jejak digital untuk mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh doxing.
