Kasus penembakan di sekolah Amerika menjadi perhatian karena terus meningkat. Data menunjukkan adanya peningkatan insiden kekerasan bersenjata dalam tiga tahun terakhir, dengan jumlah insiden sepuluh kali lipat dibanding satu dekade sebelumnya. Hal ini mengundang banyak perdebatan, mulai dari larangan penggunaan smartphone di kelas hingga tindakan ekstrim untuk melindungi siswa.
Salah satu solusi yang tengah diuji coba di sekolah di Florida adalah penggunaan drone bersenjata untuk menghadapi penembak. Drone ini dikembangkan oleh perusahaan Campus Guardian Angel dan disimpan di sekolah dalam kotak berisi enam unit. Drone ini dapat didorong untuk terbang dalam waktu singkat saat terjadi ancaman, dengan kemampuan melaju dengan kecepatan maksimal di dalam dan di luar ruangan. Drone ini dikendalikan dari jarak jauh oleh tim operator di markas perusahaan.
Meskipun disebut bersenjata, drone ini tidak dilengkapi dengan amunisi mematikan. Mereka hanya memiliki peluru merica dan pemecah kaca untuk mengalihkan atau melumpuhkan pelaku tanpa membahayakan nyawa. Meskipun ada kekhawatiran terkait penggunaan drone bersenjata ini di sekolah, Campus Guardian Angel berencana untuk menjadikannya sistem permanen dengan target beroperasi penuh pada Januari mendatang.
Di sisi lain, larangan penggunaan smartphone di sekolah juga menjadi perdebatan hangat. Florida menjadi negara bagian pertama yang melarang penggunaan smartphone di kelas, kebijakan ini sekarang diikuti oleh 35 negara bagian lainnya. Tingginya ancaman penembakan di sekolah menjadi alasan bagi banyak orang tua untuk mendukung kebijakan tersebut.
Pertanyaannya, apakah penggunaan drone bersenjata ini akan menjadi solusi yang efektif atau justru menimbulkan masalah baru di lingkungan sekolah? Setiap solusi yang diambil haruslah dipertimbangkan secara matang untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan siswa.
