Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov pada Jumat (16/8/2024) menyatakan bahwa Ukraina tidak akan menyerang pipa gas Nord Stream tanpa persetujuan diam-diam dari Amerika Serikat. Rusia, menurutnya, akan mengidentifikasi dan menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pada 26 September 2022, terjadi penurunan tekanan yang tajam pada pipa-pipa gas di bawah Laut Baltik, diikuti oleh deteksi ledakan oleh seismolog. Peristiwa ini memicu spekulasi mengenai siapa yang berada di balik sabotase proyek bernilai miliaran dolar yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman.
Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di lepas pantai Pulau Bornholm, Denmark, yang merusak tiga dari empat jalur sistem pipa tersebut. Menurut laporan The Wall Street Journal (WSJ), Kamis (15/8/2024), komandan militer tertinggi Ukraina menyetujui serangan pada pipa gas tersebut pada tahun 2022, meskipun telah ada peringatan dari Badan Intelijen Pusat AS (CIA) kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk tidak melakukannya.
“Mereka mencoba mengalihkan semua tanggung jawab kepada boneka Ukraina mereka,” kata Antonov dalam sebuah pernyataan mengenai Nord Stream. “Kami akan berusaha mengidentifikasi pelaku sebenarnya dari pemboman ini dan menghukum mereka.” Rusia secara berulang kali menuduh Amerika Serikat dan Inggris sebagai pelaku di balik serangan terhadap Nord Stream. Namun, Washington dan London telah membantah tuduhan tersebut. Beberapa media besar AS, termasuk The New York Times, The Washington Post, dan WSJ, melaporkan bahwa Ukraina, yang terus-menerus membantah keterlibatannya, bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, pada Kamis kembali menyangkal keterlibatan negaranya dan malah menuding Rusia sebagai pihak yang bertanggung jawab. Antonov menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mungkin menyerang Nord Stream tanpa “lampu hijau” dari Washington. “Pada kenyataannya, kita sedang berbicara tentang legitimasi tersirat terhadap terorisme, bahkan ketika itu terjadi di wilayah sekutu,” tambahnya. Ledakan tersebut terjadi di zona ekonomi Swedia dan Denmark. Kedua negara itu menyatakan bahwa ledakan tersebut disengaja, namun hingga kini belum mengumumkan secara publik siapa yang bertanggung jawab. Swedia, Denmark, dan Jerman masih terus melakukan investigasi.