Perang Dunia 3 Terancam! Putin Sebagai Pemain Utama

by -97 Views
Perang Dunia 3 Terancam! Putin Sebagai Pemain Utama

Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina dianggap oleh sebagian analis sebagai pintu menuju Perang Dunia Ketiga (PD 3). Hal ini disebabkan oleh keterlibatan beberapa negara Barat anggota aliansi militer NATO yang memberikan bantuan kepada Ukraina.

Sejumlah propaganda nuklir juga dilancarkan oleh Moskow. Mereka mengancam akan menggunakan senjata berbahaya tersebut jika Barat terlibat secara langsung di Ukraina dan membahayakan wilayah Rusia.

Sejarawan militer Jenderal Sir Patrick Sanders mengungkapkan bahwa ancaman perang ini sudah terlihat dengan jelas. Beberapa analisis yang menunjukkan potensi kekalahan Rusia dalam jangka panjang membuat persepsi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin akan menggunakan senjata nuklir jika diperlukan.

Menurut Sanders, negara-negara Barat memiliki waktu hingga akhir dekade ini untuk mempersenjatai diri dengan baik agar dapat menahan serangan Rusia di wilayah NATO, yang kemudian dapat memicu serangan Rusia terhadap negara-negara anggota NATO.

Sejak awal perang, Patrick Sanders mengungkapkan bahwa propaganda dari Moskow telah mempersiapkan rakyat Rusia untuk menerima penggunaan senjata nuklir. Hal ini menjadi ancaman besar bagi negara-negara NATO, terutama yang berbatasan langsung dengan Rusia dan Ukraina seperti Lithuania dan Polandia.

Bulan lalu, seorang analis militer mengatakan kepada stasiun televisi Russia-1 bahwa dalam waktu ’10 sampai 15 menit’ saja, 30 hingga 40 nuklir Rusia dapat ‘menghapus negara Polandia dan rakyat Polandia’.

Sanders menyatakan bahwa setelah tiga dekade meliput konflik di seluruh dunia, ia yakin bahwa Putin mampu melakukan apapun dalam keadaan terpojok.

Rusia terus berperan dalam panggung global di tengah tekanan dari kelompok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Saat ini, Kremlin terus memperkuat aliansi dengan Iran, India, dan China.

China baru saja mengirimkan pasukan ke Belarus, yang merupakan proksi dan satelit Rusia, untuk melaksanakan latihan terorisme bersama setelah Minsk resmi menjadi anggota Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).

Di saat yang hampir bersamaan, Perdana Menteri India Narendra Modi, yang merupakan pemimpin negara demokrasi terbesar di dunia dan biasanya bersahabat dengan Barat, menyambut Putin dengan hangat saat kunjungan kenegaraan dua hari ke Rusia. Momen ini memunculkan kekesalan dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Sanders memaparkan bahwa Putin meyakini bahwa negara-negara demokrasi tidak dapat berjalan lama, dan konsensus yang telah dipertahankan Eropa dan Amerika sejak pecahnya perang Ukraina akan hancur cepat atau lambat. Dia yakin bahwa waktu berpihak padanya.

Di sisi lain, Barat dinilai mengalami erosi kekuasaan. Para ahli kebijakan seperti Hugh Lovatt dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, Deborah Haynes dari Sky News, dan Michael Vatikiotis dari The Diplomat menyebutkan bahwa hal ini sedang terjadi.

Setelah perang di Ukraina, Eropa mulai membahas risiko keamanan dengan lebih serius, dan negara-negara netral seperti Swedia dan Finlandia bergabung dalam NATO setelah perdebatan yang signifikan. Situasi di Gaza juga memicu perdebatan besar di Eropa.

Meskipun beberapa penilaian menyatakan bahwa konflik-konflik saat ini tidak berhubungan langsung, situasi tersebut menimbulkan risiko yang signifikan bagi komunitas internasional, terutama bagi Inggris.

Dalam analisisnya, Fatih Fuat Tuncer menyebutkan bahwa Israel yang tidak bertanggung jawab terhadap hukum internasional dan ketidakpastian tentang pengganti tatanan berbasis aturan yang dipimpin Barat adalah hal yang perlu diperhatikan.

Secara keseluruhan, situasi global saat ini cukup mempengaruhi dinamika politik dan keamanan di berbagai belahan dunia.