Jakarta, CNBC Indonesia- Kenaikan impor minyak mentah sebagai akibat dari penurunan produksi minyak dalam negeri, ditengah pelemahan nilai tukar Rupiah yang mencapai Rp 16.470 per USD, dikhawatirkan dapat meningkatkan harga BBM serta menambah beban APBN terkait subsidi energi.
Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan dalam APBN 2024, subsidi energi dialokasikan sebesar Rp 189 Triliun dengan perkiraan Indonesian crude price sebesar USD 82 per barel dan target lifting minyak mencapai 635 ribu barel minyak per hari (BOPD) dengan nilai tukar sebesar Rp 15.000 per USD.
Namun, dengan kenaikan harga minyak mentah dunia yang sudah mencapai USD 86 per barel dan pelemahan Rupiah hingga Rp 16.400/USD, kondisi ini dapat memberikan dampak ganda bagi ekonomi dan membuat beberapa asumsi dalam APBN menjadi tidak akurat.
Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah penghematan anggaran dan memastikan subsidi energi tepat sasaran agar tekanan ini tidak berdampak pada daya beli dan beban APBN serta ekonomi Indonesia. Dhenny Yuartha, Peneliti Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF, juga menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar dan penurunan lifting migas RI di tengah kenaikan harga minyak global akan memberikan dampak ganda bagi Indonesia.
INDEF juga menekankan pentingnya memastikan subsidi energi tepat sasaran untuk menjaga daya beli masyarakat, mengingat sekitar Rp39 triliun subsidi BBM dinikmati oleh kelas menengah atas.
Bagaimana dampak pelemahan Rupiah dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap subsidi energi? Untuk informasi lebih lanjut, simak dialog antara Bramudya Prabowo dengan Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, dan Peneliti Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF, Dhenny Yuartha dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Selasa, 25/06/2024)
Saksikan live streaming program-program CNBC Indonesia TV lainnya di sini.