Pejuang Nasional Sultan Hasanuddin – prabowo2024.net

by -809 Views

Kadang-kadang, seiring berjalannya waktu, kita cenderung melupakan kisah-kisah para pendahulu kita. Terkadang, kita lupa dengan sejarah kita sendiri, dan meragukan jati diri kita sendiri.

Dari wilayah Timur Indonesia, kita mengenal sosok Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada tahun 1631, sebagai putra kedua dari Sultan Malikussaid. Untuk keberaniannya, dia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda, yang berarti Ayam Jantan dari Timur.

Sejak kecil, jiwa kepemimpinannya sudah terlihat. Selain cerdas, dia juga pandai dalam berdagang, sehingga memiliki jaringan dagang yang luas. Ayahnya juga kerap membawa dia untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan agar dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Bahkan, beberapa kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.

Ketika berusia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Setelah menjadi Raja, Sultan Hasanuddin membuat kesulitan bagi Belanda atau VOC. Dia menolak monopoli perdagangan VOC, dan berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk menguasai Kerajaan Islam Gowa. Bahkan, dia juga menyatukan kerajaan-kerajaan kecil untuk memerangi penjajah.

Belanda ingin memonopoli perdagangan di wilayah Timur Indonesia, tetapi Sultan Hasanuddin tetap memegang teguh prinsip bahwa hasil bumi dan lautan harus digunakan untuk mensejahterakan rakyat.

Selama masa kepemimpinannya, Kerajaan Gowa memiliki peran besar dalam aktivitas perdagangan di Nusantara, terutama di bagian Timur. Kehidupan ekonomi Gowa saat itu mengandalkan sistem kelautan, dan bukan hanya menjadi pusat perdagangan Nusantara, tetapi juga internasional.

Belanda tertarik untuk merebut kekuasaan kerajaan Islam ini, namun hal ini membuat perseteruan dengan Sultan Hasanuddin. Perseteruan ini memunculkan peperangan di Sulawesi Selatan, dan pada tahun 1667, pertempuran berakhir dengan perjanjian Bongaya yang merugikan Sultan Hasanuddin dan rakyatnya.

Perjanjian tersebut membuat VOC memaksa Gowa-Tallo menerima hak monopoli perdagangan di Timur, memerintahkan seluruh bangsa Barat untuk pergi dari Gowa kecuali Belanda, dan mewajibkan Gowa untuk membayar denda perang.

Meskipun Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan, VOC tetap mendominasi wilayah Makassar. Ini menjadi cikal bakal runtuhnya Gowa-Tallo, terlebih setelah Sultan Hasanuddin meninggal dunia pada tahun 1670.

Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-sultan-hasanuddin/

Source link