Kekeringan Kembali Melanda Petani Lebak

by -196 Views
Kekeringan Kembali Melanda Petani Lebak

Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten, kembali dilanda kekeringan sehingga dikhawatirkan tanaman padi yang berusia 14 hari setelah tanam tidak tumbuh dan mati.

“Kita memperkirakan Desember 2023 curah hujan tinggi, namun satu pekan lebih tidak turun hujan,” kata Ketua Kelompok Tani Blok Sentral Rangkasbitung Kabupaten Lebak Ahmad di Lebak, Minggu, 17 Desember 2023.

Areal tanaman padi di wilayahnya sekitar 25 hektare terancam kekeringan dan berpotensi puso.
Padahal, pada November hingga awal Desember 2023 curah hujan cukup tinggi, sehingga petani melakukan gerakan percepatan tanam.

Dengan demikian, para petani di Lebak jika dua pekan ke depan tidak ada turun hujan dipastikan areal persawahan mengalami kekeringan.

“Kami berharap pemerintah daerah dapat memberikan bantuan benih jika mengalami puso guna mengurangi ekonomi petani,” ucap Ahmad.

Begitu juga petani lainnya di Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Suherman (55) mengatakan saat ini areal persawahan di wilayahnya terjadi kekeringan dan memastikan tanaman padi berusia rata-rata 20 hari setelah tanam tidak tumbuh.

“Kami merasa bingung sebelumnya tanam Agustus 2023 lalu terjadi puso akibat dampak kemarau panjang atau La Nino, namun kini kembali dilanda kekeringan,” kata Suherman.

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pihaknya kini melakukan pemantauan di sejumlah kecamatan sehubungan dua pekan terakhir ini tidak ada turun hujan.

Dalam pemantauan itu diperkirakan angka tanam sekitar 20 ribu hektare dan kini di antaranya terdapat areal persawahan yang mengalami kekeringan sehingga terancam tanaman padi mati.

Selain itu juga ada areal persawahan yang masih memiliki pasokan air dari irigasi maupun aliran sungai melalui penyedotan dengan menggunakan pompa air.

“Kami kemungkinan akan melakukan pompa pantek di daerah rawan kekeringan agar tanaman padi bisa terpenuhi persediaan air, sehingga dapat menyelamatkan produksi pangan,” terang Deni.