Jakarta, CNBC Indonesia – Bukan hanya perang antara Hamas dan Israel di Gaza, Palestina, perang antara Rusia dan Ukraina juga masih terjadi. Dalam update terbaru, disebut bagaimana serangan baru diluncurkan Moskow ke wilayah timur Kyiv, Donetsk.
Pejabat Ukraina menyebut rudal Rusia menyerang Rabu malam waktu setempat, di tiga wilayah. Sebanyak 10 orang terluka termasuk bayi yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Rusia juga dilaporkan “memecah” Eropa. Disebut kehadiran Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di forum tahunan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama (OSC) di Eropa membuat negara-negara Baltik dan Ukraina menolak hadir.
Berikut update lengkapnya, dirangkum CNBC Indonesia, Jumat (1/12/2023).
Rusia Menggila Lagi di Ukraina
Militer pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin kembali meluncurkan serangan drone dan rudal ke Ukraina Timur, Donestk, Kamis malam waktu setempat. Dilaporkan satu orang tewas dan sejumlah orang terluka, termasuk bayi, dalam serandan tersebut. “Rusia menyerang kota Pokrovsk, Novogrodivka dan Myrnograd di bagian barat Donetsk semalam dalam apa yang digambarkan oleh Ihor Moroz,” kata penjabat kepala administrasi militer regional dikutip CNBC International. “Serangan roket besar-besaran,” ujarnya menggambarkan “gilanya” serangan. Diduga empat orang masih terjebak di bawah reruntuhan. Ini termasuk satu anak.
Rusia Klaim Kemenangan Baru di Bakhmut
Kementerian Pertahanan Rusia pmengklaim bahwa pasukannya telah menguasai sebuah desa di pinggiran kota Bakhmut. Area ini berada di Donetsk, Ukraina timur. Kementerian tersebut mengatakan unit-unit dari kelompok pasukan selatan berhasil mengambil desa Artemovskoe. Desa ini juga dikenal sebagai Khromove dalam bahasa Ukraina. “Unit Kelompok Pasukan Selatan, dengan dukungan penerbangan dan tembakan artileri, memperbaiki situasi di sepanjang garis depan dan membebaskan desa Artemovskoe,” kata kementerian itu, menurut komentar yang dilaporkan kantor berita TASS. Menurut catatan Reuters, desa tersebut memiliki populasi 1.000 orang sebelum perang. Wilayah itu disebut Rusia sebagai Republik Rakyat Donetsk, sebuah republik yang memproklamirkan diri dan wilayah separatis pro-Rusia.
Kanselir Jerman Telepon Zelensky
Kanselir Jerman Olaf Scholz membahas situasi politik, militer dan kemanusiaan terkini di Ukraina. Ia melakukan panggilan telepon dengan Volodymyr Zelenskyy. Scholz mengatakan ke Ukraina bahwa Jerman akan terus mendukung Ukraina bersama dengan mitra-mitra Eropa dan internasional. Scholz juga menegaskan kembali “solidaritas Jerman yang berkelanjutan dan tak tergoyahkan” terhadap Ukraina. “Masa depan Ukraina terletak di Uni Eropa,” katanya menurut pernyataan di media. Zelensky membahas serangan Rusia baru-baru ini terhadap infrastruktur energi sipil Ukraina. Ia disebut berterima kasih kepada Jerman atas dukungan militernya.
Dukungan NATO ke Ukraina
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan dukungan untuk Ukraina sangat kuat dan akan terus berlanjut. Ini dikatakannya dalam pertemuan para menteri luar negeri NATO di Brussels debelam terbang ke Israel. “Saya harus memberitahu Anda, mendengarkan semua rekan kami di meja perundingan, setiap orang menyatakan dukungan kuatnya terhadap Ukraina,” katanya kepada wartawan. “Beberapa pihak mempertanyakan apakah AS dan sekutu NATO lainnya harus terus mendukung Ukraina saat kita memasuki musim dingin kedua kebrutalan Putin. Namun jawabannya di NATO saat ini sudah jelas dan tidak tergoyahkan,” tambahnya. “Kita harus dan akan terus mendukung Ukraina”. Banyak pertanyaan yang muncul mengenai jangka panjang dukungan Amerika terhadap Ukraina mengingat pemilu 2024 mendatang. Apalagi ketidakpuasan muncul di kalangan Partai Republik terhadap bantuan militer yang terus berlanjut.
Eropa “Pecah”
Sementara itu, Eropa terpecah karena Rusia dalam pertemuan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE). Kehadiran Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membuat sejumlah negara enggan menghadiri agenda tersebut. Lavrov pun melenggang di acara itu seraya mengatakan Eropa “di ambang jurang kehancuran”. Dalam pertemuan yang digelar di Skopje, Makedonia Utara itu, ia menuduh organisasi berorientasi keamanan yang beranggotakan 57 orang tersebut telah diubah menjadi antek NATO dan Uni Eropa (UE). “Organisasi ini, jujur saja, berada di ambang jurang kehancuran,” katanya, menurut laporan Interfax. “Sebuah pertanyaan sederhana muncul, apakah masuk akal untuk menginvestasikan upaya untuk menghidupkannya kembali?” tanyanya. “Sejauh ini, ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban,” tegasnya lagi. Ukraina dan negara-negara Baltik memboikot pertemuan OSCE karena kehadiran Lavrov. OSCE juga banyak dilumpuhkan dalam pengambilan keputusan karena Rusia menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan proses tersebut, sehingga masa depannya dipertanyakan.
Strategi Keamanan Eropa Tergantung Ukraina
UE diminta mempertimbangkan kebutuhan militer Ukraina. Karena, keberadaan Kyiv dikatakan akan menentukan strategi masa depan industri pertahanan Eropa. “Strategi kita hanya bisa selesai jika mempertimbangkan kebutuhan Ukraina dan kapasitas industri Ukraina,” kata Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen dalam konferensi tahunan Badan Pertahanan Eropa. Ia mengatakan Ukraina harus diintegrasikan ke dalam program pertahanan UE untuk membantu memenuhi kebutuhannya dalam perang melawan invasi Rusia. Langkah pertama, ujarnya, untuk mencapai hal ini adalah dengan melibatkan Ukraina dalam proses konsultasi industri strategis. “Hal ini akan mengarah pada integrasi Ukraina dalam beberapa program pertahanan kami, dengan persetujuan Parlemen dan Dewan Eropa, jika diperlukan,” tambahnya. Di 2024, industri pertahanan UE akan memenuhi target untuk meningkatkan kapasitas produksi amunisi menjadi 1 juta butir per tahun. Namun target tersebut terpisah dari rencana UE untuk menyediakan 1 juta peluru artileri dan rudal ke Ukraina dalam waktu satu tahun.
Putin Gelar Pidato Khusus 14 Desember
Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengadakan konferensi pers tahunannya serta telepon publik pada 14 Desember. Kedua acara tersebut biasanya diadakan secara terpisah namun akan digabungkan pada bulan depan, sebagaimana diumumkan Kremlin. Spekulasi muncul bahwa Putin akan menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan bahwa ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2024. Namun Kremlin menolak berpendapat soal ini. Putin telah berkuasa selama 23 tahun, baik sebagai perdana menteri atau presiden. Ia disebut telah memimpin penindasan sistematis terhadap para kritikus dan lawan politik selama masa itu, di mana ia sangat mungkin memenangkan pemilu berikutnya pada bulan Maret. “Tidak ragu bahwa jika dia mengajukan pencalonannya, dia akan menang dengan percaya diri. Masyarakat terkonsolidasi di sekitar presiden,” kata sekretaris pers Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada CNBC International.
Artikel Selanjutnya
Perang Rusia-Ukraina Makin Gila, Putin-Zelensky Saling Bom
(sef/sef)