Kursi kedua Red Bull selalu dianggap sebagai peran terberat di Formula 1. Spekulasi tentang pergantian pembalap setelah hanya dua balapan dianggap ekstrem, bahkan bagi standar Red Bull. Liam Lawson mulai kampanye penuh waktu dengan optimisme namun menghadapi kesulitan yang tidak terduga. Hasilnya yang tidak memuaskan, baik saat kualifikasi maupun balapan, menempatkannya dalam situasi sulit. Sejumlah sumber juga menyarankan kemungkinan pergantian pembalap sebelum Grand Prix Jepang, yang tidak diingkari oleh Christian Horner setelah balapan. Analisis data dan pembahasan internal mempertimbangkan kemungkinan pergantian pembalap, dengan Yuki Tsunoda menjadi kandidat yang paling tepat. Meskipun demikian, keputusan itu masih harus dipertimbangkan dengan seksama mengingat berbagai faktor dan pihak yang terlibat. Tak hanya itu, tantangan lain yang dihadapi Red Bull adalah kinerja mobil RB21, yang disesuaikan dengan gaya mengemudi Verstappen. Hal ini membuat pekerjaan rekan setimnya menjadi sulit dan tidak ada pembalap yang mampu menyaingi Verstappen sejak kepergian Daniel Ricciardo. Dalam menghadapi situasi ini, tim harus membuat keputusan yang tepat untuk menjaga performa mereka dan mempertahankan posisi kompetitif di kejuaraan. Dengan berbagai opsi dan pertimbangan yang harus dipertimbangkan, keputusan terbaik mungkin akan diambil setelah pertimbangan matang dan evaluasi mendalam.
Lawson, Tsunoda, dan Colapinto Menggebrak Red Bull
