Jakarta, CNBC Indonesia – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan sejumlah faktor penyebab yang membuat pengembangan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela masih terhambat.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyatakan bahwa ada banyak faktor yang membuat pengembangan Blok Masela terhenti. Salah satunya adalah pandemi covid-19 selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, Shell juga memutuskan untuk mundur dari proyek tersebut pada pertengahan 2020, yang juga menyebabkan proyek yang masuk dalam daftar strategis nasional tersebut menghadapi kemunduran.
Sementara itu, mencari investor pengganti Shell dengan kondisi harga minyak mentah dunia yang rendah pada saat itu tidaklah mudah. Hal ini membuat masalah divestasi Shell yang harus mencari pengganti sebesar 35% menjadi sulit untuk dilakukan oleh operator proyek.
Setelah konsorsium PT Pertamina (Persero) dan Petronas masuk ke Blok Masela menggantikan Shell, Inpex sebagai operator mengajukan revisi rencana pengembangan Blok Masela untuk memenuhi tuntutan net zero emission (NZE).
SKK Migas terus mendorong INPEX untuk mengambil berbagai langkah dan upaya guna memastikan bahwa rencana yang telah disepakati dapat dilaksanakan tepat waktu. SKK Migas juga mendorong INPEX untuk lebih aktif melakukan koordinasi agar proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp 324 triliun tersebut dapat beroperasi pada tahun 2029.
Dukungan ini bertujuan untuk mencapai target Produksi Minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar kaki kubik per hari dalam jangka panjang.
Selengkapnya baca di sini [link berita terkait].
(pgr/pgr)