Ratusan Penghuni Rusunawa di Solo Mengalami Keterlantaran

by -91 Views

Sebanyak 198 KK penghuni rumah susun sewa (rusunawa) Semanggi di Kelurahan Mojo, Pasar Kliwon, Solo, Minggu, 10 Desember 2023, terus mempertanyakan kepastian pembangunan ulang tempat hunian mereka yang sudah dirobohkan rata dengan tanah sejak pertengahan 2022.

Pemerintah Kota Surakarta sejauh ini belum bisa memberikan kejelasan kapan dua gedung tower kembar lantai 4 itu dibangun kembali. Mereka telanjur terusir dari rusunawa tersebut sejak rentang Agustus-Desember 2021.

“Kami semua orang kecil. Hanya mendapatkan subsidi sewa Rp5 juta, yang tidak cukup untuk menyewa rumah ukuran kecil sekali pun di Kota Solo. Saya harus minggir ke luar kota untuk dapat uang sewa rumah murah, ini sudah tahun kedua harus sewa dengan uang sendiri,” tukas Ny Didik Wananto.

Dia mengatakan suaminya hanya bekerja di bengkel, yang berpenghasilan kecil. Sementara Rusunawa Semanggi yang mereka tempati hampir 10 tahun, merupakan satu-satunya tempat untuk berteduh, namun kemudian dirobohkan Pemkot, dengan janji akan dibangun kembali.

Hampir semua penghuni yang tergusur, selama ini masih saling berkomunikasi, rerasan kapan Rusunawa Semanggi yang sudah rata dengan tanah dibangun kembali. “Sudah banyak yang menanyakan, namun belum ada kejelasan sampai sekarang,” kata dia sekali lagi.

Ketika pertama kali Wali Kota Gibran Rakabuminog Raka menyatakan akan membangun kembali Rusunawa Semanggi pada 2012 lalu, banyak penghuni menyatakan tidak setuju, dan sangat keberatan. Alasan bahwa, dua gedung tower lantai 4 itu sudah tidak layak, disangsikan para penghuni.

Mereka mengklaim bangunan rusunawa itu layak dihuni sedikitnya sampai 20 tahun, sebab termasuk bangunan yang berdiri pada 2009. Lebih dari itu, jangka waktu pembongkaran bangunan hingga pembangunan ulang, berisiko merugikan warga penghuni rusunawa.

“Apalagi pengajuan dana hibah pembangunan dua tower dilakukan setelah penghancuran gedung. Dan terbukti sejak penghapusan aset pada 2022, hingga kini gedung yang sudah rata dengan tanah, belum ada tanda-tanda akan dibangun kembali,” ujar sejumlah penghuni yang tidak bersedia disebut namanya.

Sejauh ini, para penghuni belum mendapatkan kabar, apakah pengajuan proposal Pemkot Surakarta kepada Pemerintah Pusat disetujui atau tidak. Dan seandainya disetujui, kapan mulai dibangun kembali menjadi dua tower kembar.

Selama menjadi penghuni Rusunawa, 198 KK masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ini hanya membayar Rp 0 ribu/bulan, lalu untuk lantai 4, lantai 3 Rp80 ribu, dan lantai 2 sebesar Rp90 ribu/bulan serta, paling bawah Rp100 ribu/bulan.

Wali Kota Gibran Rakabuming Raka belum lama ini menjelaskan, bahwa pemerintah pusat sudah memastikan akan membangun kembali Rusunawa Semanggi, menjadi dua tower kembar berlantai 8.

“Semoga tidak ada halangan dibangun dengan lancar pada tahun depan (2024),” kata dia singkat ketika ditanyakan tentang nasib para penghuni yang saat ini sudah tersebar menyewa hunian sementara di banyak tempat.

Pada bagian lain Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkim) Kota Surakarta Sirat Handono ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa saat ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) sudah memastikan akan membangun ulang Rusunawa Semanggi.

“Informasinya, dulu ada dua Semanggi A dan Semanggi B. Ini nanti juga ada dua tower, satu tower-nya 124, dulu 98 unit. Saat ini masih tahap DED (Detail Engenireeng Design). Jadi nanti jumlah penghuni bertambah, dan penghuni lama menjadi prioritas,” kata dia.

Sayangnya, kapan pembangunan kembali dilaksanakan, ia mengaku tidak bisa memastikan. Kami hanya memohon bantuan, jadi tunggu kejelasan dari Kemen PUPR, termasuk nilai pagu-nya,” tegas dia.

Yang jelas, secara total Pemkot melalui Dinas Perkim hingga kini tinggal mengelola 6 rusunawa, mengingat Rusunawa Semanggi belum bisa dihadirkan kembali. Seluruh rusunawa diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan rentang batas waktu.

“Yang sudah punya mobil ya harus pindah, karena sudah banyak MBR lain warga Kota Solo yang antre,” sergah Gibran dalam setiap kesempatan ketika ditanya soal kebijakan hunian rusunawa di kota Solo. MI/Widjajadi.