RI Memiliki Potensi Bahan Bakar Masa Depan Sebesar 32 Juta Ton/Tahun

by -233 Views
RI Memiliki Potensi Bahan Bakar Masa Depan Sebesar 32 Juta Ton/Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya energi baru terbarukan (EBT) khususnya dari hidrogen mencapai 32 juta ton per tahun.

Sebagaimana diketahui, hidrogen menjadi salah satu bahan bakar tandingan listrik di masa depan. Hidrogen merupakan bahan bakar untuk kendaraan yang berasal dari air.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan bahwa Indonesia ke depannya akan membutuhkan sumber daya hidrogen mencapai 13 juta ton per tahun yang mana potensi hidrogen itu sendiri di dalam negeri mencapai 32 juta ton per tahun.

“Potensinya ke depan itu kita mempunyai angka sampai dengan 32 juta ton per tahun. Dan demand kita itu kita prediksi antara 9,8 juta sampai dengan sekitar 13 juta. Jadi masih ada sisa sebetulnya,” ungkap Eniya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Selasa (4/6/2024).

Kelak, kata Eniya, potensi hidrogen yang belum terserap dalam negeri akan diekspor ke luar negeri. Berdasarkan perhitungan kebutuhan dalam negeri yang mencapai 9,8-13 juta ton per tahun, maka jumlah hidrogen yang berpotensi diekspor sebesar 19-22,2 juta ton per tahun. “Nah itu kemungkinan market kita (hidrogen) ke depan adalah untuk sektor ekspor,” ujarnya.

Selain itu, sampai saat ini, Indonesia diklaim masih memproduksi hidrogen yang berbasis pada gas bumi yang mana hidrogen dalam negeri saat ini belum sepenuhnya berstatus ‘hijau’ melainkan masih ‘abu-abu’ lantaran masih memanfaatkan sumber dari fosil berupa gas bumi.

“Upaya kita memproduksi hidrogen, kita harapkan dari renewable kan, dari yang kita sebut dengan green hydrogen. Tapi pada saat ini kita itu memproduksi hidrogen dari natural gas yang disebut grey hydrogen,” tambahnya.

Eniya mengatakan hal yang menjadi perhatian saat ini adalah cara agar sumber hidrogen tersebut bisa masuk dalam harga keekonomian yang murah. Dengan begitu, dia mengungkapkan pihaknya akan memanfaatkan hydropower untuk bisa mencapai keekonomian harga yang ditargetkan oleh pemerintah.

“Kalau kita bisa mendapatkan harga listrik sekitar US$ 1-2, kita akan mendapatkan harga hidrogen yang seperti yang sekarang. Nah mendapatkan US$ 1-2 per KWH ini kan sangat susah. Dan saat ini mungkin di sektor renewable yang paling berpotensi adalah hydropower,” tandasnya.