Evolusi Sunscreen: Dari Ramuan Kuno ke SPF Modern

by -27 Views

Perlindungan kulit dari sinar matahari telah menjadi keharusan dalam rutinitas perawatan kulit, terutama bagi orang yang sering beraktivitas di luar ruangan. Namun, bukan hanya suatu keharusan, melainkan memiliki sejarah yang menarik yang sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Dalam budaya Mesir Kuno, mereka telah menggunakan beras, melati, dan lupin untuk menjaga kulit tetap cerah, sementara di Yunani Kuno, minyak zaitun digunakan sebagai pelindung alami kulit dengan kemampuan SPF setara 8. Bahkan, bangsawan di Jepang pada abad ke-7 menggunakan bedak putih dari timbal dan merkuri untuk menjaga kulit tetap pucat, meskipun kita sekarang tahu bahwa bahan tersebut berbahaya bagi kesehatan.

Pada tahun 1801, ilmuwan Jerman Johan Wilhelm Ritter menemukan radiasi ultraviolet yang membahayakan kulit, dan ini membantu memulai penelitian tentang perlindungan kulit dari sinar matahari. Dr. Hammer dari Jerman kemudian memperkenalkan sunscreen kimia pertama di dunia berbahan quinine pada tahun 1891. Selang beberapa waktu, Dr. Paul Unna mengembangkan produk bernama Zeozon dan Ultrazeozon berbahan ekstrak kastanye, meskipun teksturnya masih terlalu tebal.

Di abad ke-20, inovasi sunscreen semakin pesat. Mulai dari penciptaan Ambre Solaire oleh Eugène Schueller pada tahun 1935, lotion pelindung oleh Benjamin Green selama Perang Dunia II, hingga produk Glacier Cream oleh Franz Greiter setelah kulitnya terbakar saat mendaki Gunung Piz Buin. Konsep SPF (Sun Protection Factor) diperkenalkan oleh Franz Greiter pada tahun 1962 dan menjadi standar global dalam produk tabir surya. FDA mulai mengatur produk sunscreen secara ketat pada tahun 1978, sementara formula baru tahan air dan perlindungan ganda terhadap sinar UVA dan UVB muncul pada 1980-an dan 1990-an.

Meskipun perkembangan ini menarik, beberapa bahan kimia dalam sunscreen ditemukan memiliki dampak buruk pada lingkungan laut, seperti terumbu karang. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah seperti Hawaii melarang penggunaan sunscreen dengan bahan oxybenzone dan octinoxate sejak 2018. Dari sejarah perlindungan kulit menggunakan bahan-bahan alami hingga teknologi modern yang ramah lingkungan, sunscreen terus berkembang untuk tidak hanya melindungi kulit dari sinar matahari, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Source link