Apa Dampak Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta?

by -46 Views

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menemukan temuan baru yang mengkhawatirkan, bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Para peneliti menyebut fenomena ini sebagai polusi baru yang berasal dari aktivitas manusia di darat dan udara perkotaan. Ini menandakan bahwa polusi plastik sekarang telah menyebar ke atmosfer, selain polusi tanah dan laut seperti sebelumnya.

Menurut peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, riset yang dilakukan sejak tahun 2022 menunjukkan keberadaan mikroplastik pada setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel mikroskopis ini berasal dari degradasi limbah plastik yang tersebar di udara, karena aktivitas manusia yang padat. Adanya mikroplastik ditemukan berasal dari berbagai sumber, seperti serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.

Pada rata-rata, setiap sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta memiliki sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari. Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil, dengan berbagai jenis polimer. Hal ini terjadi karena siklus plastik telah meluas hingga mencapai atmosfer melalui proses yang dikenal sebagai atmospheric microplastic deposition.

Temuan ini mengkhawatirkan karena partikel mikroplastik memiliki ukuran sangat kecil, yang berpotensi terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan. Bahaya ini terletak pada bahan kimia aditif beracun yang terdapat dalam plastik, yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.

BRIN mendorong langkah-langkah konkret untuk menanggulangi masalah ini, termasuk penguatan riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan, serta perbaikan pengelolaan limbah plastik. Kesadaran masyarakat dianggap penting dalam menekan polusi mikroplastik secara signifikan, karena krisis mikroplastik di atmosfer dapat mencerminkan perilaku manusia sendiri. Menempatkan perlunya pengelolaan limbah plastik yang lebih baik dan edukasi publik sebagai langkah mendesak untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.

Source link