President Prabowo’s Diplomatic Success: IDR 800 Trillion Investments

by -36 Views

Presiden Prabowo Subianto dari Kantor Komunikasi Presiden (PCO) menegaskan bahwa misi diplomasi ke berbagai negara telah menghasilkan serangkaian hasil positif. Hal ini termasuk penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan komitmen investasi yang signifikan dari beberapa mitra negara.

Philips J. Vermonte, Ahli Senior di PCO, mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu tahun sejak Prabowo menjabat, telah berhasil mendapatkan 71 MoU dengan 13 negara, serta komitmen investasi hampir mencapai IDR 800 triliun dari empat negara. “Ini tentang membuka akses ke pasar yang mungkin tidak terlalu menjadi target diplomasi ekonomi Indonesia,” kata Philips dalam diskusi publik di acara “Buah Diplomasi Global Presiden Prabowo,” yang diselenggarakan pada hari Sabtu.

Acara tersebut diinisiasi oleh Dewan Pusat Gerakan Milenial Pecinta Tanah Air (GEMPITA) di Retro Café, Beltway Office Park, Jakarta. Selama pembicaraannya, Philips menyebutkan keanggotaan Indonesia ke organisasi internasional BRICS sebagai contoh strategi ekspansi pasar. Ia mencatat bahwa keputusan untuk bergabung dengan BRICS adalah langkah strategis di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat, yang menyempitkan ruang diplomasi internasional dan keterlibatan ekonomi.

Philips juga menyingkirkan klaim bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS mencerminkan sikap anti-Barat atau anti-Amerika. “Itu tidak benar,” ujarnya, menjelaskan bahwa BRICS melibatkan tiga ekonomi besar yang menjadi pusat hubungan ekonomi dan diplomatik global: Rusia, China, dan India. Ia kembali menegaskan sikap Indonesia yang konsisten dalam tidak berpihak kepada siapapun. “Sangat wajar bagi kita untuk terlibat dalam forum multilateral di mana kita dapat meningkatkan hubungan dengan negara-negara adidaya global—yang tak dapat diabaikan dalam lanskap geopolitik saat ini.”

Ia juga menunjukkan capaian diplomasi yang nyata, termasuk penurunan tarif impor AS terhadap barang-barang Indonesia—dari 32% menjadi 19%. “Fakta bahwa Presiden Prabowo mampu menyelesaikan kesepakatan dengan Presiden Trump setelah proses negosiasi yang ketat menunjukkan bahwa keanggotaan kita di BRICS tidak menjadi ancaman bagi Amerika Serikat,” tegasnya.

Namun, dalam acara yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa Indonesia terus mendorong untuk lebih banyak penurunan tarif. “Kita masih memiliki dua minggu, dan diskusi masih berlangsung,” katanya.

Ia juga mencatat bahwa saat ini Indonesia memiliki tarif terendah di ASEAN, yaitu 19%. “Kita adalah yang terendah di antara negara-negara ASEAN—masih 19%,” tegasnya.

Wakil Menteri Havas mendorong agar masyarakat tidak terlalu bereaksi atau meng exaggerate masalah ini. Ia mengingatkan pendengar bahwa keputusan dalam diplomasi perdagangan didorong oleh kepentingan nasional, bukan emosi. “Kebijakan luar negeri tidak dipengaruhi oleh iri hati atau dendam. Ini tentang kepentingan nasional. Tolong, lihat data sebelum menyimpulkan. Jangan terjebak oleh asumsi,” tandasnya.

Source link