Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah menerapkan tarif hingga 25% kepada beberapa negara sebagai bagian dari kebijakan barunya, memicu perang dagang dengan banyak negara termasuk Meksiko dan Kanada. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Trump sekarang membidik negara-negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS, termasuk Indonesia yang memiliki surplus US$ 19,3 miliar di tahun 2024. Sri Mulyani juga memperingatkan bahwa Vietnam mungkin akan menjadi target selanjutnya untuk tarif tinggi.
Menurut Sri Mulyani, penerapan tarif terhadap Indonesia akan meningkatkan biaya rantai pasok di sektor manufaktur dan digital. Hal ini juga berpotensi menimbulkan gangguan dalam rantai pasok, volatilitas harga komoditas, dan ketidakpastian pasar yang berkelanjutan. Sri Mulyani berbicara dalam konferensi pers pada Kamis (13/3/2025), menyatakan bahwa kebijakan ini telah mendorong banyak negara untuk mempertimbangkan ulang keputusan investasi, relokasi, dan rekonfigurasi rantai pasok mereka.
Meskipun demikian, Trump telah memperluas kebijakan tarifnya ke banyak negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS, termasuk China dan Meksiko. Konflik perdagangan ini telah memicu ketidakpastian global dalam hal keputusan investasi dan arah ekonomi global. Peringatan dari Sri Mulyani menunjukkan bahwa Indonesia dan negara lain harus siap menghadapi dampak potensial dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah AS.