LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -83 Views
LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Angkatan Bersenjata Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya simpatik. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan luas. Dia lancar berbicara dalam banyak bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh rasa percaya diri karena berhasil menolak penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia adalah seorang yang taat beragama dan rajin pergi ke masjid. Dia adalah orang pertama yang aktif membendung beberapa perilaku yang tidak teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat, dan seragam yang sangat pas. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan kemejanya untuk menunjukkan biceps dan triceps yang besar. Dia tegas namun simpatik.

Dia adalah contoh dari generasi ’45, memancarkan rasa percaya diri penuh setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan luas, menguasai berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat beragama dan rajin pergi ke masjid. Dia lah yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minuman keras merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus pandai dalam minum alkohol dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Menariknya, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, meskipun tempatnya kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser atap kanvas. Menurutnya, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Itulah contoh generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah kepemimpinan Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Saat Indonesia baru saja menyatakan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira tentara yang disebut P3AD di Bandung. Inilah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link