Ancaman perang baru di wilayah Timur Tengah semakin meningkat. Pasalnya pejabat Israel telah berulang kali mengancam akan mengintensifkan serangan, sementara kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah menantang ancaman tersebut.
“Kita dapat menjerumuskan Lebanon sepenuhnya ke dalam kegelapan dan menghancurkan kekuatan Hizbullah dalam hitungan hari,” kata mantan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz di sebuah konferensi di Herzliya, Israel, dikutip Selasa (2/7/2024).
Ini merupakan ancaman terbaru dari seorang tokoh masyarakat terkemuka Israel terhadap Lebanon dan Hizbullah saat ketegangan meningkat di antara keduanya.
Bagi Israel, mudah untuk menjerumuskan Lebanon ke dalam kegelapan. Jaringan listrik negara tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena keruntuhan ekonomi dan kesalahan urus selama puluhan tahun. Namun, menghancurkan kekuatan militer Hizbullah dalam hitungan hari adalah tugas yang sulit.
Israel memperkirakan Hizbullah memiliki sedikitnya 150.000 rudal dan roket, dengan sebagian besar persenjataannya masih utuh. Hizbullah juga dapat mengerahkan sekitar 40.000 hingga 50.000 pejuang terlatih dan disiplin, yang telah memperoleh pengalaman tempur di Suriah.
Keseimbangan strategis di Timur Tengah mulai bergeser, dimana musuh Israel bukan lagi rezim Arab, melainkan aktor non-negara seperti Hizbullah, Hamas, Jihad Islam, Houthi, dan milisi di Irak dan Suriah beserta Iran sendiri.
Dukungan AS terhadap Israel membuat semua aktor tersebut juga membidik kepentingan AS dan Barat di Timur Tengah. Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, dan retorika di kedua pihak semakin memanas.
Situasi ini membuat kemungkinan terjadinya perang semakin nyata. Beberapa negara, seperti Jerman, Swedia, Kuwait, dan Belanda, menyerukan warga negaranya untuk meninggalkan Lebanon.