Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa negara-negara mayoritas Muslim belum menunjukkan usaha yang cukup dalam menghentikan pasukan Israel dari membunuh warga sipil Palestina di Gaza. Pernyataan tersebut disampaikannya ketika konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama enam bulan.
“Kita semua telah melihat bersama bagaimana Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia hanya menjadi lembaran kertas belaka ketika menyangkut hak hidup anak-anak, perempuan, dan warga sipil Palestina yang tidak bersalah,” ujar Erdogan dalam acara di Istanbul sebagaimana dilansir oleh Russia Today.
Erdogan menambahkan bahwa konflik di Timur Tengah telah menunjukkan adanya kekurangan yang signifikan di dunia Islam, terutama dalam hal bersatu untuk menekan Israel agar menghentikan operasinya di Gaza.
Meskipun telah ada “kerja keras dan banyak upaya di bidang diplomasi,” menurut Erdogan, negara-negara mayoritas Muslim belum mampu mencegah kematian anak-anak tak bersalah di Gaza akibat kelaparan, peluru, dan bom.
Turki telah mengirim sekitar 40.000 ton bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui udara dan laut.
Pernyataan tersebut datang setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras akan melanjutkan serangan terhadap Rafah, sebuah kota besar dekat perbatasan Gaza dengan Mesir. Netanyahu menolak seruan untuk gencatan senjata internasional dengan alasan bahwa IDF (Israel Defense Forces) harus membersihkan “benteng terakhir Hamas” di Rafah.
Konflik antara Israel dan Hamas dimulai ketika Hamas tiba-tiba menyerang kota-kota di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan mengakibatkan lebih dari 200 tempat berlindung. Lebih dari 30.000 warga Palestina telah tewas di Gaza sejak pertempuran dimulai tahun lalu, menurut pihak berwenang setempat.