Kelompok Ekstremis Israel Memaksa Penyerbuan ke Wilayah Gaza, Mengerikan!

by -93 Views

Kelompok ekstremis Israel telah menembus wilayah Gaza, untuk mulai merebut wilayah dan membangun pemukiman ilegal. Mereka telah menembus pos penjagaan Tentara Israel atau Israel Defense Forces (IDF).

Kejadian tersebut terjadi di daerah Erez, yang berhadapan langsung dengan wilayah Utara Gaza. Erez adalah tempat bagi ekstremis Israel yang “dengan kekerasan menembus pos pemeriksaan IDF,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, yang dilansir oleh The New Arab, Sabtu (2/3/2024).

Kejadian ini dimulai dengan kedatangan massa sayap kanan Israel, yang berkumpul di kota Sderot, titik terdekat dengan Jalur Gaza, sebelum membentuk konvoi dan berkendara ke Erez untuk menyerbu pos pemeriksaan IDF.

Kelompok tersebut membawa pita oranye, warna khas gerakan sayap kanan ekstremis Israel. Gerakan ini bertujuan untuk merebut kembali pemukiman ilegal Gush Katif di Gaza, yang ditinggalkan saat Israel menarik diri dari wilayah kantong Palestina itu pada tahun 2005.

Beberapa orang dari kelompok penerobos berhasil memasuki setengah kilometer wilayah Gaza, sementara yang lainnya membangun dua bangunan di perbatasan, yang menjadi simbol niat mereka untuk menguasai tanah milik Palestina berdasarkan hukum internasional.

Seorang anggota gerakan tersebut mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa 500 keluarga telah secara sukarela kembali ke Gaza, dan gerakan tersebut mengklaim bahwa Israel hanya akan aman ketika “permukiman dan kota-kota Yahudi didirikan” di dalam Gaza.

Kelompok ekstremis sayap kanan Israel ini dilaporkan dekat dengan politisi sayap kanan seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Mereka merupakan bagian dari pemerintahan koalisi yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Kelompok yang dikenal juga dengan gerakan ‘kembali’ atau ‘return’ dan ‘settlement’ atau ‘pemukim’ Israel itu mengadvokasi berdirinya Israel Raya yang mencakup seluruh Tepi Barat dan Gaza – beberapa bahkan mencakup wilayah Yordania, Suriah, Lebanon, dan Mesir – dengan membayangkan Israel tanpa warga Palestina dan non-Yahudi.

Kondisi ini memperburuk kondisi rakyat Palestina di Gaza, khususnya Gaza Utara. Lebih dari 85% penduduk Gaza saat ini tinggal di wilayah selatan, sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat serangan brutal Israel di wilayah utara sejak 7 Oktober 2044.

Baik Ben-Gvir maupun Smotrich telah secara terbuka berbicara tentang harapan mereka bahwa penduduk Palestina di Gaza akan “berimigrasi”, yang menurut mereka akan memungkinkan pemukiman Yahudi-Israel di daerah kantong Palestina.

AS telah memperingatkan Israel terhadap segala upaya untuk mengusir atau memukimkan kembali warga Gaza. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada bulan Januari bahwa “Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina”.