Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi subsidi listrik sepanjang 2023 tembus 66.854,54 GWh, atau Rp 67,42 Triliun. Angka tersebut setidaknya mencapai 109% dari target 2023 sebesar 73.608,75 GWh atau Rp 70,49 triliun.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu menjelaskan subsidi listrik diberikan kepada golongan pelanggan 450 VA dan 900 VA. Adapun daya 900 VA sendiri terbagi menjadi 2 golongan, yaitu rumah tangga tidak mampu dan rumah tangga mampu.
“Per 19 Desember kemarin sudah ada pembayaran sekitar Rp 64 triliun dan prognosanya 66.854,54 GWh atau sekitar Rp 67,42 triliun, ini untuk subsidi,” kata Jisman dalam konferensi pers capaian kinerja sektor ketenagalistrikan tahun 2023, Kamis (18/1/2024).
Jisman menyadari bahwa belum ada pengurangan subsidi listrik secara signifikan pada 2023. Namun demikian, pihaknya telah mempunyai langkah-langkah agar penyaluran subsidi listrik dapat dilakukan secara tepat sasaran.
“Pihak kami sudah memperoleh data by name by addres bagaimana rumahnya, bagaimana lantai dan atapnya kami sudah buat rangking rangkingnya, ketika pemerintah memutuskan tidak eligible untuk menerima ini akan kita segera putuskan,” ujarnya.
Sementara itu, pada 2024 pemerintah menargetkan subsidi listrik sebesar 68,31 TWh atau Rp 73,58 triliun. Namun ia memperkirakan realisasinya sepanjang 2024 hanya akan tembus Rp 70 triliun.
“Istilahnya, di 2024 masih kita berikan ruang untuk subsidi sekitar Rp 73 triliun mungkin realisasinya di angka Rp 70 triliun,” kata Jisman.
Ia juga mencatat, jumlah pelanggan listrik terjadi peningkatan, dari target yang dibidik sebesar 83,2 juta pelanggan, realisasinya mencapai 88,4 juta pelanggan, atau 7% melebihi target. Sedangkan untuk konsumsi listrik dari target 1.336 kWh/Kapita, realisasinya naik tipis di angka 1.337 kWh/Kapita.