Imigran Rohingya Dibebankan Biaya Rp14 Juta Per Orang untuk Diselundupkan ke Aceh

by -90 Views

Pidie: Polisi mengungkap penyelundupan pengungsi Rohingya ke Aceh menggunakan kapal kayu dari Bangladesh. Penangkapan WNA asal Bangladesh berinisial HM, 70, yang juga terlibat dalam transaksi tiket kapal.

Dalam proses pemeriksaan, terungkap setiap penumpang kapal dikenakan biaya sebesar 50 ribu Bangladeshi Taka atau sekitar Rp7 juta untuk anak-anak, dan 100 ribu Taka atau sekitar Rp14 juta untuk dewasa. Total biaya yang diraup agen penyelundup ini mencapai Rp3,3 miliar.

“Biaya ini dibebankan kepada setiap penumpang sebagai imbalan atas pelarian mereka dari Bangladesh ke Aceh. Hasil kejahatan ini mencapai Rp3,3 miliar jika dihitung menggunakan kurs Indonesia,” ungkap Kapolres Pidie, AKBP Imam Asfali, Jumat, 8 Desember 2023.

Ia menerangkan, HM yang diduga sebagai salah satu pelaku, disinyalir memfasilitasi kapal kayu untuk membawa pengungsi Rohingya dari perairan Bangladesh ke Aceh. Ia turut serta dalam salah satu kapal yang berhasil mendarat di Pidie pada 14 November lalu.

Dari keterangan HM, diketahui terdapat 5 orang lainnya, termasuk nakhoda dan agen yang ikut dalam rombongan namun berhasil melarikan diri ke hutan. Polisi masih terus mendalami dan memburu para terduga penyelundup imigran Rohingya tersebut.

“Kita juga akan melakukan pendataan terhadap jaringan internasional yang terlibat dalam penyelundupan manusia etnis Rohingya yang keluar dari Indonesia,” ungkapnya.

Sebelumnya, HM dan terduga penyelundup lainnya telah memfasilitasi keberangkatan dua kapal berpenumpang pengungsi Rohingya dengan total jumlah 194 orang dan 147 orang. Kapal-kapal tersebut tiba di Pidie pada tanggal 14-15 November.

Perjalanan dimulai dari Bangladesh pada Rabu, 8 November, pukul 04.00 WIB, menggunakan kapal kayu FB SEFA yang dikomandoi oleh Kapten Z dan HM, serta kapal FB Hajiaiyob Moorf yang dinakhodai oleh S, tidak jauh dari kamp pengungsian di Cox’s Bazar.

Kedua kapal tersebut berlayar berdekatan dan sesekali bergandengan selama perjalanan di laut untuk saling memeriksa kondisi penumpang. Mereka akhirnya tiba di titik koordinat yang dituju.

“Kapten kapal Z dan HM pada tengah malam, pada hari Selasa tanggal 14 November sebelum terdampar di pesisir pantai Desa Blang Raya Kecamatan Muara Tiga, berpindah ke kapal yang dinahkodai oleh S,” jelasnya.

Setelah kapal terdampar di tepi pantai, ketiganya, termasuk tiga agen lain yang belum diketahui identitasnya, turun dari kapal dan melarikan diri ke arah hutan. Ketika melarikan diri, HM yang sudah berumur tidak mampu berlari, sehingga akhirnya ditangkap oleh pemuda setempat dan dibawa ke rombongan imigran di tepi pantai.

“Karena sudah tua, HM tidak sanggup berlari, sehingga ditangkap oleh pemuda dan dibawa kembali bersama rombongan imigran Rohingya yang terkumpul di pinggir pantai,” ucap Imam.

HM bahkan mencoba menyamar sebagai anggota rombongan imigran Rohingya, namun identitasnya terungkap setelah ditangkap oleh pihak berwajib.

“HM mencoba berkamuflase sebagai rombongan imigran Rohingya yang terdampar, tetapi pada kenyataannya, yang bersangkutan merupakan bagian dari jaringan penyeludupan imigran ke Indonesia,” jelasnya.