Inovasi Diperlukan oleh Industri Suplemen sebagai Hasil Perubahan Tren Akibat Pandemi

by -148 Views

Pandemi telah mengubah cara hidup kita. Masyarakat sekarang semakin sadar akan pentingnya mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan, selama awal pandemi COVID-19 terjadi kelangkaan vitamin C karena tingginya konsumsi suplemen. Namun, situasi berubah setelah pandemi berakhir dan industri harus berinovasi.

Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) mencari terobosan untuk menjawab tantangan zaman dengan cepat. Mereka berupaya menciptakan regulasi yang kondusif agar produk inovatif dapat masuk ke pasar dengan baik dan cepat serta bermanfaat bagi masyarakat.

Ketua Umum APSKI, Decky Yao, mengatakan bahwa inovasi sangat dibutuhkan untuk menghadapi dinamika perkembangan industri suplemen kesehatan yang ada di dalam negeri, ASEAN, maupun internasional. APSKI berusaha mendukung kemajuan dan membangun industri suplemen kesehatan nasional dengan mengedukasi masyarakat dan mendapatkan dukungan dari pemerintah terkait regulasi.

Dia juga menambahkan bahwa peran suplemen sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama selama pandemi COVID-19. Bahkan setelah pandemi berakhir, kesadaran masyarakat tentang pentingnya suplemen masih tetap tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Dewan Pembina APSKI, Patrick Kalona, mengatakan bahwa setelah pandemi, konsumen akan lebih kritis dalam memilih suplemen. Mereka akan mencari produk yang sesuai dengan fungsinya, terutama untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Hal ini terkait dengan tekanan yang tinggi dari pekerja perkotaan. Permintaan produk suplemen cenderung mengarah ke segmen kecantikan atau yang mendukung penampilan.

Kalona juga mengatakan bahwa pemilihan produk suplemen tergantung pada bagaimana merek tersebut merepresentasikan produknya kepada konsumen. Negara asal merek tidak mempengaruhi pilihan konsumen, sehingga tidak ada dominant brand di Indonesia.

Ahli Gizi University Medical Center Groningen, Manfred Eggersdorfer, mengatakan bahwa asupan vitamin masyarakat Indonesia masih lebih rendah dibanding negara maju seperti New Zealand atau Tiongkok. Misalnya, konsumsi vitamin di Tiongkok sebesar 200 mg per hari, sedangkan di Indonesia masih 75 mg hingga 90 mg per hari. Oleh karena itu, peran industri suplemen sebagai alternatif kesehatan menjadi penting untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas.

APSKI didirikan pada tahun 1998 dan terdiri dari 78 perusahaan yang bergerak di bidang industri suplemen kesehatan, baik sebagai manufaktur, distributor, maupun komponen pendukung lainnya seperti kemasan dan bahan baku.

Sumber: https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/0Kv8d3VK-pandemi-apksi-caj-industri-survival-menjangkau-generasi-masa-depan